08
Jan
12

Anak Kepodang

Sebagai mahasiswa tinggal di daerah yang jauh dari kampusnya akan merepotkan dan membuang banyak waktu untuk perjalanan. Apalagi kuliah di jurusan Arsitektur yang cukup heboh saat membawa tugas-tugasnya. Hal tersebut yang ada dalam pikiran saya setelah semester 1 selesai dan saya memutuskan untuk ngekos di daerah yang dekat dengan kampus. Setelah survey kurang lebih seminggu dan rekomendasi teman-teman, saya mendapatkan kamar kos saya. Saya memilih Kosan Kepodang yang terletak di Kukusan dan lokasinya menurut saya cukup strategis karena dekat dengan tempat makan, penjual alat tulis, musholla dan lainnya.  Hal tersebut menjadikan daerah sekitar kosan ramai dan jarang ada kriminalitas disana.

Kosan ini menjadi pilihan tepat karena pintu dibuka 24 jam dan memperbolehkan teman untuk menginap dikamar. Hal ini menguntungkan saya dan teman-teman jika ada tugas kelompok atau tugas-tugas yang biasa didiskusikan bersama. Jika besok ada presentasi pasti dikosan Kepodang akan ramai terutama kamar-kamar mahasiswa Arsitektur. Pada awalnya hanya ada dua kamar mahasiswa arsitektur disini sekarang jumlahnya jadi lima kamar. Hal inilah yang menjadikan kosan lebih ramai lagi dari tahun lalu. Dikosan ini saya bersama teman-teman juga tergolong paling berisik dan bahkan jika sudah malam dari depan jalan saja sudah terdengar tawaan atau teriakan yang biasa dilakukan untuk mengilangkan kantuk saat mengerjakan tugas. Pernah sesekali kami ditegur oleh penjaga kosan karena hal ini.

Setiap kamar seperti telah menjadi markas untuk yang sudah biasa menginap dikosan ini bahkan beberapa teman memang sengaja meninggalkan kunci ditempat tersembunyi karena ada teman yang ingin menggunakan kosan untuk mengerjakan tugas atau menginap. Bagi kami yang ngekos disana sudah memberi kepercayaan bagi siapa yang mau memakai kamarnya. Kamar sudah menjadi milik semua. Hal yang menarik setiap orang sudah hafal dimana tempat pemilik kosan biasa menyimpan kuncinya sehingga mempermudah saat ingin meminjam kosan.

Kosan ini telah menjadi ruang bersama untuk para mahasiswa setiap harinya. Tidak ada jam malam dan lokasinya yang dekat dengan warung 24 jam menjadi cocok untuk mahasiswa arsitektur yang sering begadang mengerjakan tugas. Selain itu mengerjakan tugas bersama memberikan kesempatan kepada kami untuk berdiskusi. Banyak hal yang dilalui bersama dikosan ini hingga kami menjadi kenal watak masing-masing teman dari ada yang paling berisik dan ada juga yang suka main gitar hingga keterusan samapi lupa tugas. Hal tersebut yang menimbulkan rasa kepercayaan kepada teman saat meminjam kamar. Kosan juga menjadi alasan saat membentuk kelompok saat ada tugas karena sudah kenal dan kosan bisa dijadikan tempat mengerjakan tugas bersama.

Ruang privat bagi pemilik kosan sudah bertabrakan dengan kebutuhan bersama dengan teman-teman menjadi ruang untuk belajar dan bermain bersama.  Bila dilihat kosan yang berukuran 3 x 3 dan biasa digunakan untuk seorang penghuni ternyata mampu  menampung 7 hingga 10 orang.  Kebutuhan bersama ini telah men-generate ruang yang sempit menjadi ruang yang nyaman untuk bernaung dan beraktivitas sebagai mahasiswa arsitektur bersama-sama.

Inilah kosan kami bersama hal-hal yang membuat saya enggan pindah kosan.


5 Responses to “Anak Kepodang”


  1. January 9, 2012 at 9:12 am

    Tinggal di kosan Kepodang memang mendapat banyak kelebihan seperti yang sudah disampaikan dalam post ini. Namun perlu diwaspadai bahwa tempat strategis ini sering kali menjadi target pencurian. Kejadian pencurian yang pernah dialami teman-teman arsitektur selama di Kepodang adalah kehilangan uang di kamar penghuni serta pernah kehilangan sepeda motor pada tahun lalu. Jadi yang perlu dilakukan bagi teman-teman yang sering menginap di Kepodang adalah waspada dan perlu melakukan tindakan preventif, seperti misalnya tidak meninggalkan kunci di tempat tersembunyi atau mengunci kamar pada saat tidur malam karena pola kegiatan juga menjadi bahan pertimbangan pelaku kejahatan dalam mengidentifikasi sasarannya.

  2. January 9, 2012 at 7:28 pm

    Menurut saya, peralihan ruang kamar 3×3 tersebut dari ruang privat menjadi ruang publik untuk teman-teman arsitektur juga disebabkan pemilik kamar itu masing-masing. Ada pemilik kamar yang memang sengaja dan memperbolehkan temannya untuk tinggal, sehingga membuat mereka merasa nyaman dan diterima di kamar tersebut. Namun ada pula kamar yang jarang diinapi oleh teman-teman kita, karena mungkin kita merasa tidak enak dengan si pemilik kamar tersebut.
    Selain itu, saya juga melihat tiap-tiap kamar di kepodang sudah punya ‘penghuni’ nya masing-masing. Ada beberapa teman kita yang memang saling akrab hanya mau menginap di satu kamar teman baiknya. Ada pula teman kita yang lebih mudah bergaul suka berpindah-pindah kamar untuk menginap, karena ia sudah akrab dengan setiap pemilik kamar.

  3. 3 meirisyananda
    January 10, 2012 at 8:50 pm

    Berbicara mengenai kosan memang sudah menjadi seperti hal yang biasa bahwa kosan yang awalnya berupa fungsi sebagai kamar dan ruang belajar pribadi kini telah menjadi ruang yang terbuka untuk umum. Sering saya temukan bahwa beberapa kosan cenderung sebagai tempat untuk berkegiatan segalanya, mulai makan disitu, menerima tamu disitu, kamar mandi juga didalamnya. Jadi seolah-olah fungsi dari satu keutuhan rumah seperti disulap menjadi satu yaitu kamar kos.

    Ada beberapa kosan yang memang mempunyai peraturan bahwa “Orang lain dilarang masuk kamar” ntah itu kosan laki-laki maupun perempuan. Namun beberapa kosan yang menulis peraturan itu tidak menyediakan tempat untuk penerimaan tamu. Kemudian ya bagaimana lagi, jika ada tamu atau teman kita yang ingin berkunjungpun pasti akan mempersilahkannya masuk ke dalam kamar. Namun jika ada kosan yang menyediakan ruang tamu plus fasilitas TV dan nyaman untuk dijadikan ruang tamu serta ruang belajar bersama maka peraturan tertulis di kosan tersebut pastinya bisa diindahkan dengan baik.

    Seperti salah satu kosan di kutek juga contohnya yang menjadi tempat berkumpul bagi anak-anak arsitektur yang ingin membuat tugas bersama, tentu saja sangat tidak mungkin jika melakukannya diluar karena tidak adanya fasilitas ruang tamu yang disediakan (hanya ada taman terbuka).Namun ada juga contoh lain bahwa kosan yang menyediakan ruang tamu dan ruang belajar yang cukup luas dan nyaman untuk digunakan maka biasanya orang-orang akan lebih cenderung memakai ruang tersebut ketimbang di dalam kamar yang sempit.

  4. January 10, 2012 at 9:29 pm

    Saya pada awalnya bukan merupakan seorang ‘anak kost’ pada semester-semester awal perkuliahan arsitektur dengan alasan rumah yang terlalu dekat ke kampus, jadi tiada perlu menyewa kamar kost.
    Pada kenyataan-nya walaupun saya tidak ‘ngekost’ saya lebih banyak menghabiskan waktu setelah kuliah di Kepodang, entah untuk bermain saja atau memang perlu untuk mencari ide-ide tugas kuliah dengan diskusi dengan teman-teman di sana. Untuk tugas yang sebenarnya teman-teman lain tidak ambil matakuliahnya pun saya tetap mengunjungi Kepodang. Mengerjakan tugas bersama sudah bukan hal yang jarang terlihat di kamar-kamar anak arsitektur di Kepodang.
    Sehingga saya memutuskan untuk juga ‘ngekost’ di Kepodang karena alasan-alasan diatas, yaitu: mudahnya diskusi tugas, adanya ruang yang bisa dipakai bersama untuk tugas, dan suasana kebersamaan.
    Hal yang saya alami ketika berada dalam lingkup kehidupan Kepodang adalah pembiasan kepemilikan kamar. Yang dimaksud disini adalah bagaimana si A yang sedang mengerjakan tugas bersama B di kamar C sehingga kamar C penuh. Karena mereka, C mengerjakan tugasnya di kamar D yang kebetulan juga mengerjakan tugas yang sama dengan C. C bisa mengerjakan tugas bahkan meninggalkan kamarnya kepada A dan B sedangkan dia berada di kamar lain. Ada fenomena yang belom pernah saya alami sebelumnya yaitu bagaimana seseorang ter’usir’ dari ruang pribadinya sendiri dalam hal ini kamar kostnya namun seperti tidak merasa terganggu dan malah mencari tempat lain untuk bekerja seolah Kepodang sebuah rumah yang memiliki kamar-kamar untuk bersama.

  5. January 11, 2012 at 7:47 pm

    haha nice post gan 😀 😀


Leave a comment


This is a blog for any ideas, thoughts, questions and anything else related to architecture and everyday. Writings in this blog were submitted by students of "Architecture & Everyday" class at the University of Indonesia, as our attempts of reading and re-reading of our everyday and our architecture