01
Nov
11

aturan dan sistem di dalam rumah

saya mempunyai orang tua yang mempunyai aturan-aturan yang ketat, terutama masalah jam pulang. sampai kelas 2 sma, aturan yang berlaku adalah jam 6 sudah ada di rumah. baru ketika saya kelas 3 sma, sesekali saya diperbolehkan hingga jam 8 atau 9 malam. sekarang, ketika kuliah pun, setelat-telatnya saya sudah harus ada di rumah jam 10 malam. lewat dari jam yang telah ditentukan, saya pasti dimarahi.

walaupun saya disuruh membawa kunci ketika pergi, ketika sampai di rumah orang rumah sudah tidur semua dan saya membuka pintu sendiri, tetap akan ketahuan jika saya pulang melewati batas jam malam yang telah ditentukan. mengapa?

pintu depan rumah saya yang langsung tersambung ke ruang tamu, hanya dipergunakan jika sedang ada tamu saja. kalaupun berpergian membawa kunci, kunci pintu ruang tamu tidak pernah dibawa. penghuni rumah harus masuk lewat pintu belakang jika akan masuk ke rumah, dimana untuk mencapai pintu belakang tersebut selain harus membuka gerbang dulu, kemudian harus membuka pintu garasi yang kuncinya ada dua, dan ketika sampai di depan pintu belakang pun, pintu yang harus dibuka ada 2, yaitu pintu teralis, baru kemudian pintu kayu.

mengapa rumah saya memiliki begitu banyak pintu dan kunci (setiap pintu yang berfungsi sebagai akses masuk ke rumah pasti terdiri dari 2 pintu, yaitu pintu teralis dan pintu kayu) adalah karena dulu ketika awal-awal menempati rumah ini, lingkungannya tidak aman. beberapa kali rumah saya menjadi korban pencurian. maka dari itu setiap pintu sebagai akses masuk dibuat 2 lapis. selain itu, gerbang saya terbuat dari besi yang menggunakan sistem dorong, dimana ketika di dorong akan menimbulkan bunyi yang kuat dan tidak enak di dengar. sengaja tidak diberi minyak untuk memperhalus suaranya karena suara yang tidak enak tersebut justru dapat menjadi tanda jika ada orang yang masuk.

ketika sudah berhasil membuka pintu belakang, saya memang sudah berhasil masuk ke dalam rumah. namun, hanya sampai sebatas ruang makan. untuk masuk ke area ruang keluarga dan kemudian menuju kamar saya, ada satu pintu lagi yang harus dibuka, dan pintu tersebut persis di sebelah kamar orang tua saya.

jadi, dengan sebanyak itu pintu yang harus saya buka, dan gerbang yang mengeluarkan bunyi tidak enak ketika di dorong, orang rumah pasti bangun ketika ada yang datang karena terganggu oleh suara berisik. dan mereka akan angsung tahu apakah saya pulang tepat waktu atau tidak.

dan karena alasan keamanan tersebut, ketika siang hari pintu garasi pun dikunci, dimana pintu garasi merupakan satu-satunya akses masuk ke dalam rumah. jadi ketika jam pulang saya adalah jam 6, saya juga akan langsung ketahuan jika pulang terlambat, karena selain saya tidak akan diberikan kunci sebab orang rumah pasti belum tidur, ketika pulang saya terpaksa berteriak memanggil-manggil penghuni rumah untuk dibukakan pintu.


4 Responses to “aturan dan sistem di dalam rumah”


  1. November 2, 2011 at 9:43 am

    berbeda dengan sistem di rumah saya. bisa dikatakan saya tidak punya jam malam. tapi yang saya lakukan adalah memberi kabar ke orang rumah, terutama ketika malam hari dan saya masih ada di luar rumah. seperti ‘saya masih di …, kira-kira jam … pulang’ atau ‘sudah mau pulang’. memberikan kabar seperti itu bisa membuat orang tua tenang & tidak khawatir. dengan cara seperti itu mereka memberikan kebebasan & kepercayaan kepada saya. untuk menjaga kepercayaan mereka, saya memberikan kabar keberadaan saya.

  2. November 2, 2011 at 5:36 pm

    pintu yang dibuat banyak dan bersuara ketika didorong menjadi ‘alarm’ seseorang masuk baik itu pencuri ataupun anaknya yang pulang terlambat, menarik sekali yolaa πŸ˜€ rumah saya pun seperti itu, pintu bisa menjadi tanda siapa yang pulang, menggunakan kendaraan atau tidak. contohnya saya, jika saya membuka pintu gerbang, lalu lama tidak terdengar saya menutup pintu gerbang, itu tandanya saya naik sepeda ke kampus, dan orang di dalam rumah akan langsung bertanya “Naik sepeda, gin?” (orang rumah langsung tahu kalau saya yang pulang padahal tidak melihat secara langsung)

  3. November 3, 2011 at 12:20 am

    Saya juga mengalami hal yang sama ketika saya masih sekolah, adanya pembatasan jam pulang membuat saya tidak pernah tiba dirumah malam-malam sehingga saya tidak pernah merasakan bagaiamana masuk rumah tanpa diketahui orang rumah. Sekarang, kegiatan di kampus membuat saya tidak bisa lagi menjalankan aturan tersebut, dan akhirnya peraturan tersebutpun menjadi longgar semenjak saya telah memasuki perkuliahan.

    Pintu gerbang di rumah saya pun juga dari besi yang cara membukanya adalah dengan digeser, ketika dibuka pintu tersebut akan menghasilkan suara yang bisa didengar dari seluruh ruang yang ada di rumah saya. Sehingga jika ada yang membukanya semua orang di dalam rumahpun akan tahu. Inipun bisa menjadi “alarm” untuk mengetahui jika ada seseorang yang datang. Saya baru menyadari setelah saya sering pulang larut malam, bahwa suara yang dihasilkan oleh pintu gerbang saya dapat menjadi “alarm” juga bagi tetangga-tetangga saya. Pintu gerbang sering kali dikunci jika saya pulang terlalu malam dan tidak memberi kabar sebelumnya, sehingga satu-satunya cara yang harus saya lakukan agar pintu dibukakan oleh orang rumah adalah dengan mengetuk2 besi pintu gerbang tersebut dengan kunci gembok yg tergantung, ternyata suara yang dihasilkan cukup membuat beberapa tetangga saya terbangun karena bunyinya, mungkin mereka mengira ada seseorang yang mendatangi rumah mereka karena kebanyakan dr tetangga saya juga menggunakan pagar yang terbuat dari besi. Cukup mengganggu memang apa yg saya lakukan tersebut,hehe.. πŸ˜€

  4. November 3, 2011 at 10:17 am

    di rumah saya juga memiliki jam pulang yang lebih ketat. anak perempuan harus berada di rumah sebelum maghrib (sekitar jam 6 sore), dan hal ini berlaku sampai sekarang.
    untuk anak laki-laki, harus sampai rumah sebelum jam 9 malam.
    bedanya dengan sistem yang ada di keluarga yola adalah, jika sistem yang berada di keluarga saya adalah, pintu depan tidak akan dikunci sebelum saya dan adik-adik saya datang.
    pintu depan rumah saya terhubung langsung ke ruang tamu, sedangkan pintu belakang terhubung dengan daerah ruang cuci dan dapur. pintu belakang ini justru jarang dibuka, jadi saya dan adik-adik akan selalu amsuk melalui pintu utama yang berada di depan. sedangkan, letak kamar orangtua saya berada di depan dekat dengan ruang tamu.

    mungkin, kebiasaan orangtua saya yang tidak mengunci pintu sebelum saya dan adik-adik datang adalah karena letak kamar orangtua yang berada tidak jauh dari pintu utama, menyebabkan orangtua bisa mengawasi yang keluar-masuk dalam rumah.
    selain itu, adalah mungkin karena waktu yang diberlakukan juga tidak terlalu malam, orangtua akan tidur setelah jam 9-an, sehingga pengawasan terhadap rumah juga amsih bisa dilakukan sebelum saya dana dik-adik datang.


Leave a reply to ginaarrahmah Cancel reply


This is a blog for any ideas, thoughts, questions and anything else related to architecture and everyday. Writings in this blog were submitted by students of "Architecture & Everyday" class at the University of Indonesia, as our attempts of reading and re-reading of our everyday and our architecture